Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan
matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Pemahaman
konsep merupakan unsur penting dalam belajar matematika di sekolah. Penguasaan
terhadap banyak konsep, memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah dengan
lebih baik, sebab untuk memecahkan masalah perlu aturan-aturan, dan
aturan-aturan tersebut didasarkan pada konsep-konsep yang dimiliki. Menurut
Richard R. Skemp konsep adalah sebuah
pengertian yang abstrak, dan merupakan hasil dari suatu aktivitas.
Ada dua macam konsep yaitu konsep yang berasal dari
rangsangan kita yang dinamakan konsep primer dan konsep berdasarkan pengalaman
kita di dunia luar dinamakan konsep sekunder.
A.
Konsep
dalam Matematika
Matematika
memiliki karakteristik tertentu dan salah satu karakteristiknya adalah objeknya
bersifat abstrak. Konsep merupakan salah
satu dari objek matematika. Berikut ini
dikemukakan beberapa pengertian konsep beserta contohnya dalam matematika.
Konsep
adalah pengertian (ide) abstrak yang memungkinkan seseorang
menggolong-golongkan objek atau kejadian dan menentukan apakah suatu objek atau
kejadian merupakan contoh atau bukan contoh. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dijelaskan bahwa konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakan
dari peristiwa konkret.
Farrel
dan Farmer mendefinisikan konsep sebagai suatu klasifikasi dari objek-objek,
sifat-sifat objek atau kejadian-kejadian yang ditentukan dengan cara
mengabstrasikannya. Selanjutnya Gagne mengemukakan bahwa konsep dalam
matematika adalah ide abstrak yang meyakinkan orang dapat mengklasifikasikan
objek-objek atau kejadian-kejadian kedalam contoh atau bukan contoh dari suatu
objek tertentu. Misalnya seorang siswa
telah memahami konsep luas segitiga, maka siswa tersebut akan dapat membedakan
rumus luas segitiga dan rumus luas bangun datar yang lain. Kemudian Soedjadji
mengatakan bahwa konsep-konsep dalam matematika pada umumnya disusun dari
konsep-konsep sebelumnya. Misalnya konsep pangkat disusun dari konsep
perkalian, konsep luas segitiga disusun dari konsep luas persegi panjang,
konsep luas trapesium disusun dari konsep luas segitiga. Berarti konsep-konsep sebelumnya yang
dipahami siswa sangat dibutuhkan untuk mengkonstruksi suatu konsep baru.
Agar
pemahaman akan konsep-konsep matematika dapat dipahami oleh siswa lebih
mendasar harus diadakan pendekatan belajar dalam mengajarkan konsep antara lain (a) siswa yang belajar matematika harus
menggunakan benda-benda konkret dan membuat abstraksinya dari konsep-konsepnya;
(b) materi pelajaran yang akan diajarkan harus ada hubungannya atau pengaitan dengan
materi yang sudah dipelajari; (c) supaya siswa memperoleh sesuatu dari belajar
matematika harus mengubah suasana abstrak dengan menggunakan simbol-simbol.
Contoh
jika kita menyebut “kubus” di depan para siswa, apa yang seharusnya dibayangkan
dalam pikiran mereka? Dapatkah mereka menunjukkan contoh benda yang termasuk
“kubus”, dan sebaliknya contoh benda yang bukan “kubus”?
“Kubus”
merupakan salah satu contoh dari konsep. Jika fakta merupakan kesepakatan, maka
konsep adalah suatu ide abstrak yang yang memungkinkan seseorang
mengklasifikasikan suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan
contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Dengan demikian, seorang
siswa dikatakan telah menguasai konsep “kubus” jika Ia mampu menentukan
bangun-bangun ruang yang termasuk kubus dan bukan kubus.
Berdasarkan
pemahaman di atas, maka suatu konsep bukanlah untuk dihafal tetapi untuk
dipahami maknanya. Secara umum, ada tiga cara mengajarkan konsep, yaitu:
1.
Membandingkan
objek matematika yang termasuk konsep dan yang bukan konsep. Sebagai contoh pada
konsep “balok”, kardus merupakan contoh objek yang berbentuk “balok” sedangkan
kaleng susu bukan/tidak termasuk “balok”.
2.
Pendekatan
deduktif, artinya proses pembelajaran dimulai dari definisi dan diikuti
contoh-contoh dan yang bukan contoh. Misalnya pada konsep “persamaan linier”.
Mula-mula kita paparkan definisi “persamaan linier”, yaitu persamaan yang
derajat/pangkat tertinggi variabelnya adalah satu. Selanjutnya kita tuliskan
beberapa bentuk persamaan dan meminta siswa mengklasifikasikannya, apakah persamaan
tersebut merupakan persamaan linier atau bukan.
3.
Pendekatan
induktif, artinya proses pembelajaran diawali dengan contoh-contoh dan diikuti
pemaparan definisi yang tepat berdasarkan contoh-contoh tersebut. Misalnya,
kita ingin memahami konsep “pernyataan”. Awalnya kita paparkan beberapa bentuk
kalimat dan siswa diminta menentukan apakah kalimat-kalimat tersebut benar atau
salah.
·
Jakarta
adalah Ibukota Negara Republik Indonesia. (benar)
·
Semua
bilangan prima adalah bilangan ganjil. (salah)
·
Cantik
sekali gadis itu. (tidak bisa ditentukan benar atau salahnya, sebab ‘cantik’
itu relatif)
·
x + 2 = 5 (tidak bisa ditentukan
benar atau salahnya, karena masih bergantung pada nilai x)
Berdasarkan contoh-contoh tersebut,
barulah kita definisikan bahwa yang dimaksud dengan “pernyataan” adalah kalimat
yang dapat ditentukan benar atau salahnya secara pasti. Sedangkan kalimat yang
tidak bisa ditentukan benar atau salahnya, disebut “kalimat terbuka”.
Pemilihan
cara/metode ketika kita ingin mengajarkan suatu konsep kepada siswa, haruslah
disesuaikan dengan konsep yang ingin diajarkan, kondisi siswa, sarana/media
pembelajaran yang tersedia, dan faktor-faktor lain yang terkait.
B.
Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep sangat
penting, karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa dalam
mempelajari matematika. Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan
pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar
yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran,
komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
Penguasan konsep merupakan
tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan
sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat
sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa
tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun
penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan
konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Mengingat pentingnya pemahaman konsep tersebut, Menurut Hiebert dan Carpenter
pengajaran yang menekankan kepada pemahaman mempunyai sedikitnya lima
keuntungan, yaitu:
1. Pemahaman memberikan generative artinya
bila seorang telah memahami suatu konsep, maka pengetahuan itu akan
mengakibatkan pemahaman yang lain karena adanya jalinan antar pengetahuan yang
dimiliki siswa sehingga setiap pengetahuan baru melaui keterkaitan dengan
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
2. Pemahaman memacu ingatan artinya
suatu pengetahuan yang telah dipahami dengan baik akan diatur dan dihubungkan
secara efektif dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain melalui
pengorganisasian skema atau pengetahuan secara lebih efisien di dalam struktur
kognitif berfikir sehingga pengetahuan itu lebih mudah diingat.
3. Pemahaman mengurangi banyaknya hal
yang harus diingat artinya jalinan yang terbentuk antara pengetahuan yang satu
dengan yang lain dalam struktur kognitif siswa yang mempelajarinya dengan penuh
pemahaman merupakan jalinan yang sangat baik.
4. Pemahaman meningkatkan transfer
belajar artinya pemahaman suatu konsep matematika akan diperoleh siswa yang
aktif menemukan keserupaan dari berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu
siswa untuk menganalisis apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan untuk
suatu kondisi tertentu.
5. Pemahaman mempengaruhi keyakinan
siswa artinya siswa yang memahami matematika dengan baik akan mempunyai
keyakinan yang positif yang selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuan
matematikanya.
Berdasarkan
keuntungan belajar dengan menekankan pada pemahaman diatas maka pembelajaran
matematika juga sebaiknya dimulai dengan menekankan pada pemahaman konsep dari
materi yang akan dipelajari.
Menurut Sanjaya, indikator yang
termuat dalam pemahaman konsep diantaranya :
1. Mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah
dicapainya.
2. Mampu
menyajikan situasi matematika ke dalam berbagai cara serta mengetahui
perbedaan-perbedaanya.
3. Mampu
mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep tersebut.
4. Mampu
menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur.
5. Mampu
memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari.
6. Mampu
menerapkan konsep secara algoritma.
7. Mampu mengembangkan
konsep yang telah dipelajari.
Kita
dapat mengetahui apakah siswa telah memahami konsep materi yang dipelajari dengan
baik jika siswa telah memenuhi indikator-indikator pemahaman konsep diatas.
C.
Mempelajari Konsep Matematika
Matematika
tidak hanya bisa dipelajari dari kejadian-kejadian nyata sehari-hari, melainkan
juga dari hal-hal yang secara tidak langsung kita alami. Bagian terpenting
dalam mengajarkan matematika ialah bagaimana mengomunikasikan ide-ide
matematika, dan tidak hanya menerima apa-apa yang tidak kita kuasai. Sebaliknya,
yang sangat tidak diharapkan adalah terjadi ketakutan dan ketidak sukaan seumur
hidup terhadap matematika. Biarpun prinsip–prinsip awal belajar matematika
mudah dimengerti, namun untuk menyesuaikannya perlu berpikir keras. Ada dua prinsip dalam mempelajari matematika, antara lain
;
1. Konsep yang lebih tinggi yang dimiliki seseorang tidak
dapat dikomunikasikan kepada siswa hanya dengan sebuah definisi, melainkan
dengan mengatur sedemikian rupa sehingga ia menemukan sejumlah contoh-contoh
yang cocok.
2. Dalam matematika, contoh-contoh selalu mendasari banyak konsep. Ini berarti bahwa
contoh-contoh itu harus dikuasai di dalam pemikiran siswa sehingga konsep-konsep itu dapat dikuasai
oleh siswa.
Untuk mencapai pemahaman
konsep peserta didik dalam matematika bukanlah suatu hal yang mudah karena
pemahaman terhadap suatu konsep matematika dilakukan secara individual. Setiap
peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep – konsep
matematika. Namun demikian peningkatan pemahaman konsep matematika perlu
diupayakan demi keberhasilan peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya
untuk mengatasi permasalah tersebut, guru dituntut untuk
profesional dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu,
guru harus mampu mendesain pembelajaran matematika dengan metode, teori atau
pendekatan yang mampu menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek
belajar.
Guru yang baik
seharusnya membantu memahami definisi dengan memberi contoh-contoh yang cocok.
Contoh yang dipilih harus mempunyai sifat yang sama dalam membentuk konsep.
Dengan kata lain, contoh-contoh itu harus sama cara pengabstraksiannya dan bila
terdapat banyak sifat-sifat yang tidak relevan dengan konsep harus dihilangkan,
atau lebih diteliti.
Dalam menyusun sekumpulan contoh yang cocok, dibutuhkan
daya cipta dan pemahaman yang mantap
tentang konsep yang akan dikomunikasikan. Kemampuan ini harus
dipunyai, dan dipergunakan, meski terkadang dimungkinkan adanya satu konsep
pada taraf intuitif yang kita gunakan tanpa dengan sadar hal ini kita lakukan.
Tetapi hal ini biasanya hanya meliputi konsep-konsep yang sederhana dan sering
digunakan. Faktor lain adalah sukarnya suatu ide untuk dimengerti, meski perlu
kita ketahui bahwa hal ini tidak selalu terjadi. Dalam belajar matematika,
meskipun kita mampu mengkreasikan suatu konsep dalam pikiran kita, namun kita tidak
bisa lepas dari konsep-konsep matematika yang ditemukan oleh ahli matematika
terdahulu. Seorang jeniuspun tidak akan bisa melakukanya tanpa konsep-konsep
terdahulu. Hal ini menjadikan banyak siswa sangat bergantung pada pengajaran
yang baik. Untuk mengetahui apa itu matematika, bagaimana mengajarkannya dan
bagaimana mengkomunikasikannya pada orang yang tingkat konseptualnya lebih
rendah merupakan beberapan hal yang perlu diperhatikan. Khusus mengenai
bagaimana mengajarkan matematika pada orang yang tingkat konseptualnya lebih
rendah saat ini kurang mendapat perhatian. Akibatnyan banyak siswa selama
sekolah tidak suka bahkan takut terhadap matematika.
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk
memperbaiki hal ini. Misalnya, dengan memperkenalkan pembelajaran model baru,
penyajian yang lebih menarik, penyajian melalui TV dan lain-lain. Semua usaha
ini akan lebih berarti bila proses mental yang terjadi dalam matematika juga
diperhatikan. Konsep-konsep matematika dihasilkan dari beberapa
pengabstraksian, disimpulkan dari abstraksi-abstraksi dan seterusnya, sehingga
alasan psikologis yang semula dalam bahaya menjadi hilang oleh kekomplekkan
contoh-contoh matematika.
Nice. Thank you Mr. Akhyar H.M Tawil. Sangat membantu :D
BalasHapusAda tugas yang sama kah?
HapusHehehe...